Youth Media Festival 2015: Stop Complaining, Start Doing.


Sesuai janji saya kemarin, saya akan mencoba membuka kembali ingatan saya akan Semarang dan event super keren ini. tapi kali ini, saya akan menjelaskan soal konten acaranya. Pada dasarnya, acara ini tuh isinya grand seminar, semarang at night, kelas paralel 4 sesi, youth creativity, dan deklarasi pemuda. Tapi karena topik dan pembicara, khususnya untuk kelas paralel itu kece abis, jadi nagih banget. Rasanya, 3 hari itu kuraang. Ditambah Semarang yang selalu minta di jelajah. Hwaaaaa, I’ll back as soon as possible lah.


DAY 1!
Hari pertama ini sih kalo di rundown akan ada grand seminar, kelas paralel sesi 1, visit lawang sewu, trus nonton teater, dan pulang ke Hostfam. Tapi karena acara hari pertama berantakan banget, jadi ngga jadi ke lawang sewu. Huftyyyy. Grand seminar hari pertama membahas Perkembangan Media yang disampaikan oleh Rektor UDINUS, Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dipaparkan oleh salah satu kasubdit di Kementerian Perdagangan, dan Bonus Demografi oleh kakak cantik dari UNFPA. So far, materinya ngga ngebosenin, tapi karena saya lapar sampe suren kalo kata bahasa banyumasnya mah, jadi nggak konsen. Setelah grand seminar selesai, peserta langsung dibagi kelompok dan digiring untuk masuk ke kelas paralel. Setiap sesi itu dibuka 3 kelas dengan topik yang berbeda dan limited seat. Jadi rebutan gitu deh. Lagi-lagi, karena acara berantakan, dan saya belum makan siang, saya mau meledak sore itu-_- kelas sesi pertama ini saya memilih topik Jurnalisme Masa Kini dengan pembicara mas Rafi dari AJI Semarang, dan satu orang dari Suara Merdeka yang saya lupa namanya -_- padahal topiknya bagus bgttt, tapi karena keterbatasan waktu jadi nggak ke eksplor semua soal jurnalisme masa kini. Intinya, pada kelas ini membahas posisi berita yang saat ini bukan lagi untuk mencerdaskan masyarakat. Banyak berita yang fake, ala ala ngga jelas sumbernya, dan jurnalis pun kebanyakan sudah luntur nilai independennya. Kebanyakan jurnalis saat ini ditunutt untuk mengikuti selera pasar sehingga mereka kehilangan esensi sebagai jurnalis. Media, pada dasarnya terbagi menjadi dua saat ini. media yang tetap pada jalur ideologi, dan media yang mengikuti pasar. Media yang tetap pada jalur ideologi tidak peduli mereka akan kehilangan pembaca, asal berita atau artikel yang disampaikan sesuai dengan jalurnya. Misalnya, Charlie Hebdo. Tapi, kalo media yang mengikuti pasar, mereka akan terus memantau kebutuhan masyarakat (menengah kebawah, khususnya) terkait berita yang akan disajikan. Nah, kalo media yang ininih yang lagi booming sekarang. contohnya? Yhaaaa kalian jawab sendiri deh hehehehehehehe. Saat ini, media yang seharusnya menjadi watchdog justru kehilangan porsinya. Media yang beredar saat ini sudah dipengaruhi oleh nilai kapitalisme yang berorientasi pada pasar, sehingga media kehilangan esensinya sendiri. baru aja ternggelam, eh udah diangkat lagi. Class was over, thank u for the knowledge, mas-mas jurnalis.
Setelah kelas paralel ini kelar, saya fix meledak karena laper banget. Bayangin, saya baru makan siang jam 6 soreeeee. Gila apa yaaaa-_- okedeh, lupain. Setelah kita dikasih waktu sejam lebih buat leyeh-leyeh, akhirnya kita berangkat ke museum mandala bakti yang letaknya di depan tugu muda. 

Tugu yang dibuat karena sejarah yang pernah terajdi di Semarang. Sampe disini, kita disuguhkan teatrikal yang bikin saya bener-bener tenggelam dalam Semarang dan I started to fall in love! Ternyata memang benar, sejarah itu adalah perantara yang bikin kita jatuh cinta sama satu tempat. Sebelum teater benar-benar dimainkan oleh teman-teman Kumandang Sastra Semarang, ada monolog eh atau apaya namanya? Lebih kaya story telling gitu sih, yang dibawakan dengan sangat luar biasa oleh Mbak Ulin. Jadi sebelum kita disuguhkan sama teatrikalnya, kita dikasih tau dulu nih alur ceritanya sampe abis. Dan cara penyampaian ceritanya tuh keren bangettttttttttt. Parahhh :((( hahahaha. Begitu teatrikal ditampilkan, bulu kuduk saya ikut berdiri karena penasaran pengen liat juga. Tim bulu kuduk ini bener-bener berdiri sampe akhir cerita. 8.5/10 buat temen-temen Kumandang Sastra yang nggak ada obat malem itu. Setelah teatrikal selesai, mbak Ulin dibantu kak Tris membawakan lagu Donna, yang pernah saya denger di film Gie. Ternyata, katanya itu lagu dengan lirik bahasa Ibrani yang artinya soal kerugian manusia. Pecaaaah. Bener-bener puas malem itu.

Setelah teater selesai, kita dianterin ke wisma PKBI di daerah Jembawan. Usut punya usut, kita nggak nginep disitu ternyata-_- Cuma transit aja. setelah perjalanan yang cukup rumit dan hampir melarikan diri ke hotel karena nggak jelas mau tidur dimana, akhirnya tibalah kita di HostFam komunitas GERGATIN. Untuk cerita-cerita soal Hostfam dan kegilaan orang-orangnya, bisa dibaca di postingan saya sebelumnya haha. Singkat kata, saya mengakhiri malam itu dengan mudah karena sudah lelah sekali.


DAY 2!
Day 2 ini merupakan hari yang super padet karena hari ini akan ada 3 sesi kelas paralel dan youth creativity night. Im so excited!!! Pagi di Semarang tuh loveable binggo. Walaupun siangnya panas banget-_- sampe di UDINUS, saya langsung registrasi ke kelas yang saya lupa namanya, tapi isinya itu dari Communicaption dan Kreanovator. 2 organisasi yang super keren! Kalo communicaption ini lebih ke  penyelenggara digital campaign. Pokonya, organisasi ini yang ngebantu organisasi lain untuk kampanye lewat digital. Salah satu project yang mereka bantu tuh kampanyenya Greenpeace Indonesia. Mas Pandu selaku founder beranggapan bahwa saat ini dimana era digital itu sayang banget kalo nggak dimanfaatin dengan maksimal. Di era new media kaya jaman sekarang, banyak yang bisa kita lakukan untuk membangun negara agar labih baik lagi.
Masuk ke pembicara kedua, yang nggak ganteng physicly, tapi pemikirannya ganteng paraaaah. Kak Khaira Al Hafi dari kreanovator Indonesia mencoba menjelaskan soal project yang sedang digarap oleh Kreanovator. Ohiya, sebelumnya, kalo kalian mau tanya banyak soal kak Al, kalian bisa main-main ke twitternya kak Al, atau follow aja Ignya. Nanti bakal kejawab kok siapa orang luar biasa ini. jadi Kreanovator ini lagi bikin project namanya meetchange.org, website itu adalah wadah untuk mengawinkan antara komunitas yang punya banyak ide namun terbatas dana, dengan kementerian atau lembaga negara yang memiliki dana tak terbatas namun bingung harus dikemanain. Nah tugas meetchange.org ini adalah mengawinkan ide dengan uang agar projectnya bisa terlaksa dengan baik. Kak Al selaku yang pernah kerja jadi staff di Istana Negara tentu punya banyak channel kementerian atau lembaga negara. dan katanya, usut punya usut si stakeholder ini punya dana bansos yang gila-gilaan banget. Tapi karena nggak jelas mau dialirin kemana, maka terjadilah fake project dan tentunya akan berujung ada kasus korupsi. Nggak sedikit kan kasus korupsi dana bansos? Coba aja di googling. Sebelumnya kalo nggak ngerti dana bansos juga bisa googling-_- sedangkan, di Indonesia udah banyak banget komunitas bertebaraaaaan yang tujuannya untuk membangun, tapi mandek alias berenti di tengah jalan karena kekurangan dana. Padahal komunitas ini adalah salah satu jembatan untuk menuju kesejahteraan rakyat, lho. Kaya misalnya ku ambil contoh, Bhinneka Ceria. Bhinneka Ceria merupakan salah satu komunitas yang fokus pada kajian pendidikan yang tujuannnya jelas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu daerah binaannya mereka adalah desa Cumbut, Purbalingga. Ide-idenya mereka keren banget, sampe mereka ngebuka media baru sebagai wadah untuk pengembangan diri untuk mahasiswa yang peka sama isu sosial, radio dan majalah. Dua media ini, selain media promosi mereka untuk ngembangin sekolah yang mereka bina, radio dan majalah ini juga bisa jadi sarana belajar pemuda, sebelum mereka bener-bener nantinya akan kerja sebagai profesional. Keren kan? Tapi, karena mereka hanya komunitas, tentu dananya terbatas. Apalagi mahasiswa yang ngelola. Walaupun emang alumninya sekarang udah banyak dan udah kerja, tapi kan tetep aja mereka tentu butuh sokongan dana yag lebih agar ide-ide cemerlang pemuda di Purwokerto ini bisa jalan sesuai rencana. Nah, meetchange.org ini hadir untuk mencoba mempertemukan keduanya agar bisa saling bersinergis. KEREN KAAAN? Orang ini baik banget. Dan idenya tentu baik banget. Mulai tahun 2016 nanti katanya website ini mau launching, semoga sukses kak projectnya! Hoho.

Sebelum sesi ini selesai, ada beberapa tips untuk memulai gerakan perubahan melalui media sosial. diantaranya, start with why. Temukan dulu isu atau masalah yang selama ini paling kamu minat. Kedua, ketahui target khalayak. Ketiga, buat identitas kampanye, buat tim, salurkan dengan media yang tepat, cari timing yang pas untuk publish ide kalian, and... growing network supaya project kalian bisa berjalan dengan lancar. Sesungguhnya kalo ada kemauan pasti ada jalan kok. Huehehe. Sesi pertama hari ini kelar dan keren bangettt. Sesi pertama diakhiri dengan minta kartu nama kak Al. Anw, kapan-kapan coba buka website dosomething.org yhaa. Website itu salah satu pengaplikasian tips gerakan perubahan melalui media sosial. mari memberdayakan media sosial. jangan mau diberdayakan sama media sosial. ehehehe

Belum ganti hari loh, sesi kedua dimulai. Sesi kedua hari ini saya kembali dipertemukan oleh calon imam masa depan lelaki keren nan mulia, Kak Iqbal. Sesi kedua saya mengambil materi soal berbuat baik via social media gitu. Iqbal Hariadi merupakan salah satu founder kitabisa.com yang sempet populer di twitter karena mas Pandji pernah melakukan penggalangan dana secara online untuk mesjid tolikara di Papua yang dibakar H+2 Idul Fitri. Well, kitabisa.com adalah online fundraising yang keren abis. Jadi ibarat kata, kita bisa patungan lewat media sosial. jadi patungan ini terbuka untuk siapa aja yg mau patungan. Di website ini semuanya transparan karena kalian bisa liat semua uang yang masuk, dari siapa aja, deadline kapan, blablabla. Sekarang yang lagi banyak itu penggalangan dana untuk saudara kita yang ada di Riau dan sekitarnnya yang terkena asap karena kebakaran hutan lahan gambut. Asal usul website ini bisa muncul juga karena kak Iqbal percaya bahwa orang baik di sekitar kita itu banyak bangettt. Kenapa nggak dicoba aja buat nyatuin mereka dalam satu wadah? Dan lahirlah website ini. Emang sih, Kak Iqbal mengakui bahwa nggak semua project yang ada di kitabisa.com itu pasti berhasil, tapi at least kita udah usaha dan ide ini keren banget. Selain itu, Kak Iqbal ini orangnya humble dan mau bersinergi dengan siapapun. Saya sampai terbuai oleh senyumnya idenya yang keren, dan pengen ikutan bikin project di kitabisa.com. yaah, sekali lagi. Mari kita berdayakan media sosial, dan jangan mau diberdayakan oleh media sosial. another lesson learned, dont ever feel afraid to do something good bcz good people will come to good things. Filosofi yang dibangun oleh kak Iqbal ini menginspirasi banget, coba aja buka tumblrnya kak Iqbal. Dijamin bakalan jatuh cinta terinspirasi dan bilang “ternyata masih ada orang baik di dunia inihhhh.” Okay, sesi dua kelar. Dan saya rasanya masih ingin bertukar pikiran dengan kak Iqbal. Ohiya, sebelum sesi ini kelar, kak Iqbal menginstruksikan kita untuk sms ke nomor pribadinya dia dengan format, nama, email, dan project yang mau kita lakuin dan dijalankan melalui kitabisa.com. semua sms yang masuk akan dipertimbangkan, dan kalo memungkinkan akan diwujudkan beneran dan dapet sesi bimbingan proses pembuatan project langsung dengan kak Iqbal! Such a cool things! Sukses terus, kak Iqbal. Sesi dua kelar, dan saya lapar. Mari kita makan....

SESI KETIGA DIMULAIIIII. DAN INI MASIH HARI KEDUAAA.
Gila, hari kedua ini padet banget. Tapi so far udah dua sesi dan saya puas sama materi yang disampaikan. Sesi ketiga hari ini sekaligus sesi terakhir dari kelas paralel YMF2015 saya putuskan untuk memilih kelas yang memang menjadi incaran saya dari awal, jurnalis masa kini. Who wants to be a journalist? Me! Pembicara kali ini datang dari 3 tempat keren, mbak frenia nababan dari PKBI Jawa Tengah, mbak Noni Arnee dari suara merdeka dan pernah kerja di BBC, dan mr. Petr asal Ceko yang lagi kerja di IIWC dan World Best News. Pembahasan yg pertama dikupas oleh mbak Frey soal media dan remaja. Mbak Frey membahas soal potret remaja di dunia medsos. Coba aja ketik kata REMAJA di google, pasti sugestionnya “REMAJA FREE SEX, REMAJA TAWURAN,....” and so on, pasti negatif. Remaja ini lagi rawan-rawannya banget deh, karena lagi masa produktif dan sedang dalam proses pencarian jati diri.
Next ada mbak Noni Arnee yang menjelaskan soal jurnalisme. Pokonya kalo mau jadi jurnalis itu harus baca bukunya Bill Khovak dengan judul 9 elemen jurnalisme. Pembahasan mbak noni ini banyak yang sudah disampaikan sebelumnya, intinya ya membahas soal digitalisasi media dan peran jurnalis. Ada dua gebrakan baru dalam dunia media saat ini, media literasi dan citizen journalism. Media literasi adalah salah satu gebrakan untuk melawan dominasi media yang saat ini hanya memberitakan berita-berita yang kurang penting namun dikemas dengan judul bombastis ala ala. Padahal mah pas dibaca beritanya nggak kaya judulnya. Nah, media literasi ini salah satu cara agar masyarakat bisa melek media dan cerdas mengkonsumsi media. Salah satu ORNOP yang fokus pada ranah media literasi adalah remotivi. Coba aja di googling ehehehe. Yang kedua soal citizen journalism. Ini adalah salah satu program dimana masyakarat biasa pun bisa jadi jurnalis dengan memberitakan kejadian yang ada di sekitar kita. Yang lagi ngehits ini ada di salah satu program televisi swasta yg inovatif dan ada hadiah untuk pemirsa yang ikut serta dalam progran CJ tersebut.
Selanjutnya ada mr. Petr yang menjelaskan soal penggunaan media. Intinya sih sama aja sama mbak noni, tapi seenggaknya saya bisa belajar mendengarkan narasumber menggunakan bahasa asing. Jadi nanti kalo kerja di New York Times atau The Guardian seenggaknya udah ada patokan nih. (AHAHAHAHA AAMIIIIIIN). Masuk ke sesi tanya jawab, saya bertanya soal bagaimana cara untuk menjadi CJ yang baik dan nilai beritanya bisa jadi konsumsi publik. Jawaban mbak Noni adalah yang penting berita itu valid, sampaikan fakta dan data, harus tau news value, keep ur moral integrity, attractive and passionate. Insya Allah we can be a good CJ. Hehehh.
SESI KELAS PARALEL KELAAAAAR. Shaya puas alhamdulillah. Semoga bisa sering-sering ikut event ginian dah.
Sesi kelas kelar, sekarang masuk ke youth creativity night. Yak disini saya harus bertindak sebagi ibu-ibu norak yang nggak siap menghadapi MEA. Kelompok lima yang merupakan gabungan dari kelompok 9 dan 10 akan menampilkan semacem fragmen yang menceritakan soal MEA. And we did it well guys! Walaupun latiannya bentar tapi yaaaaah maksimal lah yaaa huihuihui. Tinggal tunggu pengumumannya aja besok. Xixixi.

DAY 3!
OMG ITS LAST DAY AND I DONT WANT TO GO BACK HOME. Lagi cinta-cintanya ini ama semarang, tapi harus berpisah. Hari ketiga dalam YMF2015 ini berisi grand seminar ttg suarakan passionmu yang dibawakan oleh Ibil dari PKBI, Pak Imam dari KEMENPORA dan mas Irfan dari MAXIMA Indonesia. hari ini as our last day, kita nggak mau kehilangan momen dengan terus foto-foto di setiap spot yang ada. Kapan lagi bisa ketemu sama orang-orang keren iniiiiiii hahaha. Setelah sesi foto-foto selesai, kita langsung cusss ke Lawang Sewu, dan pulang kembali ke Purwokerto.


Ah, terimakasih banyak YMF2015. Benar-benar menorehkan sejarah dalam kisah hidup saya.  Semoga ada #YMF2015REUNION dengan hastag #PERTEMUKANKAMIKEMBALI
see u on top! I’m sure we can reach ur own dream.



  

p.s: maafkan kalo sesi YMF2015 part 2 ini tooo much. tapi karena semangat saya nulis lagi balik lagi, jadi tumpe-tumpe dah. dah ah, bye!

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer