REVIEW (Buku): Social Media Politica : Gerak Massa Tanpa Lembaga
Social
Media Politica : Gerak Massa Tanpa Lembaga
Tulisan ini adalah review yang
menjelaskan tentang buku yang ditulis oleh Anwar Abugaza dengan judul “Social Media Politica: Gerak Massa Tanpa Lembaga”. Buku ini mengkaji dan menjelaskan
tentang bagaimana media sosial pada saat ini mampu menjadi senjata ampuh bagi
para politisi untuk berkampanye. Buku ini juga mengupas adanya hubungan yang
erat antara politik dan media sosial. di dalam buku ini juga menjelaskan
tentang strategi singkat beberapa tokoh yang sukses menggunakan media sosial
sebagai alat mereka untuk berkampanye, diantaranya Jokowi-Ahok, Barrack Obama,
dan Ridwan Kamil.
Media sosial adalah salah satu bagian
dari media yang sedang hits saat ini. Sebagian besar penduduk di Indonesia
sudah terhubung oleh media sosial. Indonesia merupakan salah satu negara yang
cukup aktif dalam media sosial. Melihat perkembangan media sosial yang sangat
pesat di era globalisasi, para aktor politik pun tertarik untuk berkampanye
melalui media ini atau sekedar menebar pencitraan melalui Twitter atau Facebook.
Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial merupakan media yang cukup
penting dan tidak dapat dipandang sebelah mata.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa nilai-nilai
dari politik telah terreduksi makna oleh para politisi yang kian menampilkan
wajah buruk dan selalu mengaitkan politik dengan uang. Melihat dari peristiwa
yang ada, rakyat pun terlihat apatis dan tidak lagi tertarik dengan hal-hal
yang berkaitan dengan politik. Namun, Anwar Abugaza menilai bahwa kehadiran
media sosial merupakan sebuah angin segar untuk dunia perpolitikan di
Indonesia. Para politisi bisa memanfaatkan media sosial sebagai sarana
sosialisasi dan perlahan menghapuskan anggapan bahwa politik merupakan lumpur
hitam yang menjijikan. Peran media sosial dalam mengembangkan opini masyarakat
dan menarik minat masyarakat untuk berdiskusi mengenai politik sangat tinggi.
Hal ini terbukti dari banyaknya tweet
yang terdapat di media sosial twitter yang
seringkali berhasil membuat isu-isu politik Indonesia menjadi trending topic worldwide.
Media sosial mulai hadir sejak tahun
1971 di Amerika Serikat. Seiring berkembangnya teknologi, fitur yang terdapat
di media sosial mulai bertambah dan jaringannya semakin luas. Media sosial yang
sempat booming pertama kali di
Indonesia adalah friendster, lalu
berlanjut ke facebook dan twitter. Media sosial menjadi tumbuh
subur di Indonesia karena didukung oleh infrastruktur dan teknologi yang saat
itu sedang berkmbang pesat. Penggunaan teknologi yang memadai menjadikan media
sosial sebagai penyokong hadirnya teknologi tersebut.
Politik di berbagai belahan dunia kini
tak lepas dari media sosial. Di dalam buku ini dijelaskan secara singkat
beberapa contoh kasus yang sukses berkampanye dan melenggangkan tujuan mereka
melalui media sosial. Mereka adalah Barrack Obama yang sukses dalam U.S
Election selama dua kali berturut-turut, revolusi Timur Tengah yang berhasil
menggebrak publik melalui media sosial, Jokowi yang sukses saat pemilihan
Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil dengan kampanye kreatifnya, gerakan #SaveKPK
yang menyeruak di twitter, hubungan
media sosial dengan kelima pilar demokrasi, serta SBY yang turut menggemparkan
media sosial saat beliau memutuskan untuk membuat akun twitter.
Strategi yang digunakan oleh para tokoh
yang menggunakan media sosial kurang lebih sama. Mereka memanfaatkan celah yang
sebetulnya terlihat sepele namun membawa pengaruh yang cukup besar. Momentum
yang mereka manfaatkan pun tepat pada sasaran dan mereka dapat memanfaatknnya
dengan cukup baik. Sehingga, media sosial terlihat sangat strategis dan dinilai
sebagai salah satu senjata ampuh untuk berkampanye.
Dunia politik sangat erat kaitannya
dengan media sosial saat ini. Banyak isu-isu baru yang timbul melalui media
sosial. Keterkaitan antara media sosial dan politik terasa saat Barrack Obama
memaksimalkan kampanyenya melalui media sosial. Dampak yang terjadi setelah
peristiwa itupun cukup besar. Hal ini
terbukti setelah Obama sukses berkampanye, banyak kontestan politik lainnya
yang ikut berkampanye di media sosial dan hasilnya pun positif. Masyarakat yang
aktif di dunia maya yang tadinya bersikap skeptis dan apatis terhadap politik,
kini menjadi bagian dari orang-orang yang turut berpartisipasi dalam
menyampaikan pesan melalui media sosial, baik dalam entuk opini ataupun
aspirasi. Melalui media sosial, masyarakat juga dapat berinteraksi secara
langsung dengan kandidat yang ingin mereka dukung tanpa harus berpanas-panasan
mendatangi tempat kampanye dari kandidat tersebut.
Di dalam media sosial, terdapat lembaga social media monitoring yang tugasnya
mengontrol semua hal yang terjadi di dunia maya. Lembaga ini bersifat tidak
formal dan mengalir. Lembaga ini juga berkaitan dengan masalah kampanye seorang
kontestan politik. Karena melalui media ini, percakapan yang terekam akan
memberi gambaran peta dukungan dan tingkat elektabilitas kontestan tersebut. Social media monitoring dapat dikatakan
sebagai salah satu sarana baru dalam demokrasi Indonesia. Dalam buku ini
dijelaskan bahwa fungsi dari SMM ini adalah sebagai fasilitas pengamatan
sistematis dan terus menerus tentang satu brand
yang dipercakapkan di media sosial yang diolah dengan aplikasi API
(Application Programming Interface) dengan cara menganalisa dan
menginterpretasi data untuk menghasilkan satu informasi. Macam-macam SMM ini
antara lain, Socialbakers, Alexa, Simply
Measured, Social Mention, Croudbooster, Sprout Social, Source Metrics,
Politicawave, Indexpolitica, Salingsaling.com, Virtual Consulting, Win and Wise Communication (wwcomm), dan Arwuda
Indonesia. Di Indonesia, kehadiran social
media monitoring ini ternyata bersaing dengan lembaga survey yang sudah ada
terlebih dahulu. Namun, dalam prakteknya, kedua lembaga ini berjalan beriringan
karena kedua lembaga ini mempunyai sisi kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Kehadiran
media sosial sebagai salah satu kebutuhan yang cukup diperhitungkan ternyata
sedikit menggeser peran media massa dalam penyampaian berita dan penyebaran
isu. Setelah penerapan pemilihan langsung di Indonesia pada tahun 2004, fungsi
media brkembang namun semakin spesifik menampilkan dan menyajikan konten
tertentu. Dalam hal ini, perkembangan media tidak hanya dimaknai sebagai sarana
mengevaluasi kinerja pemerintah, memasarkan produksi barang, namun media juga
telah menjadi bagian untuk mementuk opini masyarakat terkait kepentingan
politik tertentu. Untuk mendapatkan simpati publik, para politikus atau partai
ramai-ramai mencitrakan diri melalui media tertentu, entah media elektronik
maupun media cetak. Perkembangan teknologi membuat kemampuan media untuk
menampilkan sesuatu tidak hanya terfokus pada media televisi atau media cetak.
Media saat ini melebarkan sayapnya ke media sosial yang sifatnya leih cair dan
masuk ke semua kalangan. Sehingga, media
sosial dinilai sebagai jalan keluar untuk mengatasi problematika politik yang
ada saat ini.
Pada akhir dalam bab buku ini,
dijelaskan bahwa pada pemilihan umum tahun 2014 akan terjadi kampanye
besar-besaran yang terjadi di media sosial. Aktor-aktor politik yang nantinya
akan terjun ke perebutan kursi parlemen atau bahkan perebutan kursi presiden
akan lebih gencar mengampanyekan diri mereka melalui media sosial. Banyak cara
yang dapat dilakukan jika kandidat tersebut ingin memenangkan pemilu melalui
media sosial. Media sosial dinilai bisa memenangkan kontestan politik
dikarenakan adanya efek penguatan dari berita atau isu yang disampaikan,
membentuk koneksitas pribadi antara kontestan dengan khalayak, lebih mudah
untuk mendapatkan respon atau donasi, menyentuh kalangan pemilih pemula yang
pada dasarnya pengguna aktif media sosial, dan batasan kampanye di media sosial
belum diatur. Selain itu, dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana cara
mengukur efektivitas kampanye di media sosial. Sehingga, buku ini merupakan
salah satu pedoman cara berkampanye secara efektif, efisien, murah, dan menjadi
salah satu terobosan baru di dunia poilitik dan kampanye.
untuk kamu yang emang tertarik sama media sosial serta perkembangannya dan hubungannya dengan dunia politik, buku ini bisa masuk list buat dibaca. isinya ringan, bahasa yang digunakan juga gak berat jadi enak dikonsumsi selagi sarapan. wgwgwg
Komentar
Posting Komentar